Rabu, 18 Desember 2013

Temuan Meriam Asal Indonesia Mengubah Sejarah Australia

Bagian dari sebuah meriam yang berasal dari Indonesia ditemukan di pantai Dundee, wilayah Australia bagian utara. Temuan itu mengubah sejarah kontak awal dengan Australia, yang semula dipercaya dimulai oleh bangsa Eropa.

Bagian dari meriam yang ditemukan berupa bagian yang digunakan untuk menembak. Pecahan meriam itu ditemukan oleh seorang pria lokal bernama Christopher Doukas pada tahun 2010. Temuan itu selanjutnya diteliti oleh ilmuwan.

Segera setelah penemuan, ilmuwan Australia menduga bahwa meriam itu merupakan milik pelayar Indonesia. Meriam berasal dari abad ke-16, pada permulaan hubungan dagang teripang yang melibatkan orang-orang Makassar.

Menurut dugaan ilmuwan, pelayar asal Indonesia tersebut kehilangan meriamnya. Diduga, kapal yang digunakan oleh pelayar itu tenggelam. Meriam pun terbawa arus hingga sampai ke wilayah Australia.

Dugaan itu dibenarkan oleh Matt Cupper dari University of Melbourne. Membersihkan bagian meriam dan menganalisisnya dengan teknik optik, Cupper mengonfirmasi bahwa artefak itu berusia 150 tahun. Analisis logam pun mampu mengonfirmasi asal-usul logam yang dipakai untuk membuat meriam.

"Meriam Dundee Beach penting karena ini mungkin artefak paling awal yang ditemukan di wilayah utara Australia. Ini mungkin juga bukti kontak Australia dengan dunia luar yang lebih awal dari kedatangan Inggris," kata Cupper seperti dikutip Daily Mail, Selasa (17/12/2013).

Sebelumnya dipercaya bahwa orang pertama yang datang ke Australia adalah Kapten James Cook asal Inggris pada tahun 1770. Bila meriam ini terbukti berasal dari masa tersebut, maka bisa dibilang bahwa kontak manusia dengan Australia sudah dimulai sebelum James Cook.

Sejarah juga mencatat bahwa sudah ada penjelajah asal Belanda, Willem Janszoon, yang datang ke Australia pada tahun 1606. Beberapa tahun kemudian, orang Belanda lain, Dirk Hartog, juga sudah sampai di benua itu.

Temuan lain, berupa koin, malah mengungkap bahwa kontak manusia dengan Australia sudah dimulai sejak lebih dari 1.000 tahun lalu. Saat itu, diduga sudah ada perdangan antara India, Afrika, dan Australia.

Microsoft: Guru Tak Boleh Gaptek

PT Microsoft Indonesia menyatakan prihatin bila para guru masih menggunakan metode mengajar tradisional yang cenderung monoton dan membosankan bagi siswa. Keprihatinan itu terungkap pada gelaran acara program Partners In Learning (PIL), yang dibuka Senin (16/12/2013).

Melalui kegiatan yang dijadwalkan berlangsung sampai Kamis (19/12/2013), Microsoft Indonesia mengajak para guru di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara untuk belajar bersama, dimulai dari 80 guru yang mengikuti program PIL.

Perwakilan dari Microsoft Indonesia, Budi Setyono, mengatakan, guru saat ini harus punya kompetensi dalam metode pengajaran agar tak ketinggalan dari siswanya, termasuk soal tekonologi.

"Saat ini siswa mampu mengakses informasi dunia hanya melalui sebuah laptop ataupun handphone. Jangan sampai lantaran gurunya tidak up to date siswa jenuh ketika pengajaran oleh guru," ujar Budi, Selasa (17/12/2013).

Budi mengatakan, Microsoft melalui program corporate social responsibility (CSR) merangkai beragam program untuk meningkatkan kompetensi guru di bidang teknologi. "Microsoft mengajak para guru untuk melek teknologi, tidak gaptek (gagap teknologi)," ujar dia.

Salah satu peserta, Badrut Tamam, mengatakan, program ini sangat membantu. "Sekurang-kurangnya saya bisa meng-upgrade pengetahuan saya tentang dunia teknologi," kata dia. Badrut sependapat bahwa para guru pada hari ini harus punya inovasi dalam metode pengajaran.

Implementasi teknologi dalam metode itu, menurut Badrut, tak bisa dihindari. "Seandainya semua guru bisa melakukan pembelajaran di kelasnya dengan basis IT sebagaimana yang diajarkan tim dari Microsoft ini, siswa tidak akan jenuh karena suasana belajar bisa dikondisikan rileks dan menyenangkan," ujar dia.

Salju Turun di Kairo untuk Pertama Kalinya

Hujan salju turun di sekitar ibu kota Mesir, Kairo, Jumat (13/12/2013), setelah badai salju menghantam Israel dan Suriah. Ini adalah peristiwa sangat langka karena sebelumnya belum pernah dilaporkan terjadi hujan salju di Mesir.
"Seluruh taman berwarna putih. Ini adalah pertama kali dalam hidup saya melihat hal tersebut," kata Karim Kheirat, warga kota Medinati, yang berada di timur laut Kairo, seperti dilaporkan AFP.
Menurut Ali Abdelazim, staf di pusat meteorologi setempat, mungkin sudah lama sekali tak ada salju di Mesir. Lewat Twitter, seorang penduduk lokal menyatakan, salju terakhir mungkin 112 tahun lalu. Namun, hal itu hanya dugaan dia karena sejujurnya salju mungkin belum pernah turun di Mesir.
Pada Jumat, salju yang cukup tebal menyelimuti daerah dataran tinggi di Semenanjung Sinai, bagian timur Mesir. Kawasan di sekitar Biara Santo Katharina di wilayah perbukitan diselimuti salju hingga beberapa sentimeter.
Di bagian utara Mesir, salju menutup pantai, taman, jalanan, dan atap-atap rumah penduduk di Kota Ras el-Bar. Kota Alexandria hanya diselimuti salju tipis, tetapi karena hal itu pengelola pelabuhan terpaksa tetap menutup operasional untuk mengantisipasi dampak cuaca buruk.
Sempat beredar informasi di Twitter bahwa salju juga untuk pertama kalinya menyelimuti piramid. Namun, sejumlah sumber meluruskan bahwa foto-foto yang beredar adalah hoax. Salah satu gambar yang menunjukkan salju menyelimuti patung Sphinx ternyata foto yang diambil di miniatur Sphinx di Tobu World Square, Jepang.